Rabu, 02 Juni 2010


Saya suka pengusaha ini. Dia tidak saja ramah dan baik tapi juga unik, terkait dengan hobi otomotifnya. Saya mewawancarai beliau kira-kira 2 pekan lalu, dan dimuat di majalah Globe Asia edisi Juni/Juli 2010, berikut petikannya:


Ket. Foto: mobil klasik koleksi Stanley.




Car Enthusiast Entrepreneur

Nama Stanley Setia Atmadja, 54 tahun, sangat identik dengan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance). Maklum saja, Stanley Atmadja adalah pendiri perusahaan pembiayaan produk otomotif terbesar di Indonesia pada 1991. Kini, meski telah menjual seluruh sahamnya di Adira Finance kepada Bank Danamon, 6 tahun lalu, Stanley masih dipercaya oleh bank milik Temasek Holding Pte Ltd dari Singapura, sebagai presiden direktur.

Berbagai award sebagai chief executive officer terbaik atau idaman dari berbagai institusi, termasuk Entrepreneurial Spirit in Ernst&Young Entrepreneur of The Year 2002 merupakan bukti kapabilitas dan kapasitas Stanley sebagai orang nomor satu di Adira Finance. “Pemegang saham masih mempercayakan kepada saya untuk mengembangkan Adira Finance. Saya terus berusaha meningkatkan kinerja Adira Finance sambil menyiapkan fondasi yang kuat bagi Adira ke depan,” kata Stanley kepada Globe Asia.

Kinerja kinclong Adira Finance pada kuartal pertama tahun ini dan tahun lalu menjadi bukti kepiawaian bisnis Stanley. Pada kuartal pertama tahun ini, Adira Finance berhasil mencapai laba bersih Rp 333 miliar atau naik 13% dari peridoe sama tahun lalu. Sedangkan pada tahun lalu, Adira Finance membukukan pembiayaan baru Rp 14,5 triliun atau setara dengan pembiayaan 1,1 juta unit kendaraan bermotor. Sementara laba bersih juga meningkat 18,8% menjadi Rp 1,2 triliun.

“Market share Adira untuk pembiayaan produk sepeda motor mencapai 15%. Sedangkan untuk mobil mencapai 4%,” kata Stanley.

Tahun ini Stanley mentargetkan pembiayaan baru naik 21% menjadi Rp 17,5 triliun. Sementara jumlah kantor cabang (jaringan) juga ditargetkan bertambah dari sekitar 350 menjadi 500 termasuk kios-kios of sales and payment.

Stanley mempunyai mimpi Adira Finance bisa menjadi the world class company. “Saya ingin Adira Finance seperti Singapore Airlines dalam hal kualitas layanan, dan ICICI Bank di India dalam hal usaha.”

Menurut peraih gelar master of business administration (MBA) dari University of La Verne, Amerika Serikat, leadership merupakan bagian terpenting bagi keberhasilan satu perusahaan. Sebab seorang pemimpin mampu memberikan direction, vision, enlightment kepada perusahaan. Di Adira, ada lima prinsip, yakni trust, respect, empowerment, reward, and punishment. Kelima prinsip ini memudahkan Stanley membentuk the winning team. Stanley juga menyiapkan sebuah terminologi di Adira Finance yakni Giant Leap Organization. Lewat terminologi ini, Stanley ingin menjadikan Adira Finance sebagai organisasi yang mampu mencapai kinerja luar biasa tak hanya dalam jangka pendek, tapi juga sustainable dalam jangka panjang. Organisasi yang mampu make difference dengan mencapai lompatan kinerja secara konsisten dalam jangka waktu lama.

“Sebagai leader di Adira, saya selalu sosialisasikan di semua forum seperti training karyawan atau promosi. Saya katakan saat seseorang mencapai level manajer, yang paling penting adalah manajerial atau leadership-nya,” ujar Stanley yang kini memimpin 17.500 karyawan per Maret tahun ini.

Private Business
Selain dikenal sebagai orang nomor satu di Adira Finance, Stanley juga dikenal sebagai pengusaha yang sangat hobi mobil terutama mobil klasik. Tahun lalu, sebuah majalah otomotif ternama menyematkan penghargaan kepada Stanley dengan Car Enthusiast Award.

Maklum saja, Stanley mengaku memiliki sekitar 50 mobil, baik mobil klasik maupun mobil baru. Mobil klasik Lotus Elan, Porsche 944, dan Toyota Celica 1970 adalah koleksi Stanley yang mempunyai nilai sejarah tinggi. Sedangkan untuk mobil baru, Stanley mengoleksi antara lain Ferrari Superamerica. Koleksi pertama Stanley adalah Peugeot 505, Jeep CJ7, dan BMW 2002 produksi 1970 yang dibelinya pada 1986.

Stanley yang juga Ketua Umum Indonesia Classic Car Owners Club (ICCOC) menyatakan, dunia otomotif adalah passion hidupnya. Selain mengoleksi mobil, ayah 2 anak ini juga mengoleksi miniatur mobil, buku-buku tentang otomotif, dan beragam aksesoris yang berkaitan dengan mobil. Ruang kantornya penuh dengan beragam koleksi otomotif tersebut. “Saya juga suka menonton balap mobil seperti F1, mencari mobil klasik dan merestorasinya. Buat saya mobil seperti big toys.”

Sumber Globe Asia di kalangan pecinta mobil klasik pernah membisikkan, sebenarnya koleksi mobil Stanley sekitar 100 unit. Dia juga sedang membangun sebuah museum yang mampu menampung koleksi mobilnya di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat. “Kalau mau dibilang museum silakan. Tapi sebenarnya ini adalah tempat di mana saya bisa menikmati koleksi mobil saya,” kata Stanley yang mengaku hobi ini memberi motivasi sendiri bagi saya untuk bekerja lebih keras.

Jadi tak heran bila di luar Adira Finance, Stanley merintis bisnis pribadi di sector otomotif. Pada 2004, Stanley membangun perusahaan dengan nama Atmadja Stanley Corporation, biasa disebut Asco Automotive. Perusahaan ini bermula dari dealer mobil Isuzu Panther yang dibangun 1994 (semula bernama Adira Mobilindo milik TP Rachmat, bekas presiden direktur PT Astra Internatioanl Tbk)

Menurut Stanley, saat ini Asco Automotive mempunyai sekitar 20 dealer mobil merek Isuzu Panther, Daihatsu, Nissan Diesel, dan Peugeot. “Melihat kondisi ekonomi yang kondusif, Asco Automotive diperkirakan mempunyai turnover berkisar Rp 1,2-1,5 triliun pada tahun ini,” ucapnya.

Perusahaan lainnya adalah Asco Media Utama, perusahaan media juga berkaitan dengan produk otomotif. Produk perusahaan ini antara lain majalah Ascomaxx, majalah R2, dan Automaxx (acara otomotif yang tayang di TV One). “Kami sedang membuat produk baru yakni Motomaxx, acara televisi untuk sepeda motor. Kemudian majalah Roda 4 yang akan diterbikan pada Juni/Juli tahun ini. Kami juga mengerjakan majalah-majalah internal perusahaan dan event-event otomotif,” kata Stanley.

Tapi di Asco ini, Stanley tak menangani secara langsung. Dia menyerahkan manajemennya kepada para profesional. Setiap membangun satu bisnis, Stanley mempunyai prinsip mengelolanya secara profesional dan dia tidak harus selalu menjadi orang nomor satu. “Asco is my private company. Di Asco, saya ingin mengembangkan entrepreneur saya. Semua dikelola secara profesional dan saya hanya sebagai presiden komisaris.”

Namun, cakrawala bisnis Stanley tak terbatas di sektor otomotif. Sejak 1999, Stanley dengan menggandeng TP Rachmat mendirikan PT Green Planet Indonesia. Perusahaan ini bergerak di sektor lingkungan dan penunjang perkebunan. Bekerja sama dengan Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Instutut Pertanian Bogor, Green Planet mempunyai 5 produk utama seperti pupuk organik, penyubur tanah, dan konsentrat tanaman untuk produktivitas.

Stanley menjelaskan, salah satu produk tersebut banyak digunakan oleh perusahaan pertambangan terhadap wilayah bekas sumur tambang agar kondisi tanahnya bisa kembali seperti semula. “Produk kami banyak digunakan oleg perusahaan tambang yang menerapkan konsep green mining.”

Klien Green Planet antara lain PT Chevron Indonesia, Astra Agro Lestari Tbk, dan Triputra Agro Persada Group. Pada tahun lalu sales perusahaan mencapai Rp 200 miliar.

Kata Stanley, tren sales perusahaan meningkat setiap tahun. Apalagi konsep hijau atau green concept banyak diterapkan di sector industri seperti pertambangan dan perkebunan. Bahkan konsep hijau ini menjadi suatu best practice bagi perusahaan yang menyadari pentingnya membangun industri yang berwawasan lingkungan (environment friendly).

“Peluang bisnis ini di masa depan sangat bagus. Sebab perusahaan tambang atau perkebunan tentu akan focus pada core business, sedangkan noncore seperti dalam hal manajemen lingkungan, misalnya, mereka mencari perusahaan lain seperti Green Planet. Apalagi tren ke depan adalah strategic alliance, dan bukan outsourcing seperti sekarang. Ini potensi pasar yang luar biasa secara jangka panjang,” kata Stanley sambil menambahkan perusahaan telah mendapatkan order senilai US$5 juta untuk periode 2010-2012.

Dan baru-baru ini, Stanley mencoba masuk ke bisnis properti lewat Asco Capital. Proyek pertamanya adalah Kuningan Square, proyek apartemen dan office tower senilai $ 200-250 juta di kawasan segitiga emas Jakarta. Land bank Asco Capital lainnya adalah Bale Air, asset property yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Namun, Stanley belum mau berbicara banyak soal proyek propertinya ini.

Alasan dia, proyek properti ini masih tahap awal seperti perencanaan dan desain. “Bahkan ground breaking saja belum dilakukan,” kilahnya.

Stanley mengaku ingin tidak terlalu banyak ekspansi atau masuk ke semua sector. Prinsipnya sebagai pengusaha adalah focus terhadap sector-sektor yang mempunyai potensi. “Saya selalu melihat opportunity. Core business one thing, and opportunity is another thing,“ katanya.
M syakur usman